NANGKRIS. (17 Januari 2010)
Kalau kita melihat peserta sebuah kompetisi seperti Idola Cilik, atau Bintang KDI tentu penilaiannya tidak hanya dari sudut kompetensi yang dimiliki seorang peserta, tetapi tak kalah pentingnya adalah SMS dari para pemirsa. Tidak mustahil seorang calon bintang sesuai referensi para juri yang mempunyai kompetensi kurang, justru mendapat posisi terbaik, ini karena ditunjang oleh perolehan SMS dari para pendukungnya yang melebihi jumlah SMS peserta lainnya.
Para pendukung itu dapat dipastikan sebagian besar adalah orang-orang terdekat yang mempunyai proximity (kedekatan) dengan calon bintang yang didukungnya. Meski juga tidak mustahil dari kalangan luar yang mempunyai daya tarik untuk mendukung. Proximity, antara calon bintang dengan para pendukung inilah mempunyai peran peting untuk meloloskan seorang calon bintang menjadi bintang beneran. Kedekatan hubungan itu disebabkan oleh karena beberapa faktor, pendukung adalah satu kota dengan calon bintangnya, pendukung mungkin telah memberikan jani-janji tertentu dengan para pendukungnya.
Untuk mendapatkan perolehan SMS yang tertinggi calon bintang tidak hanya harus menampilkan perfomansinya tetapi juga menebar senyum, merayu dan berpesan macam2.Hal yang menarik adalah ketika calon bintang yang didukung melalui SMS itu gagal mendapat juara, maka bisa membuat isak tangis para pendukungnya. Karena expectation yang berlebihan dari para pendukungnya yang telah mengeluarkan biaya untuk mengirim SMS, membuat para pendukung kecewa dan bersedih.
Setiap mengawali apa yang kita kerjakan di kantor, adalah merupakan awal dari apa yang kita harapkan untuk hari-hari mendatang. Sebagai karyawan yang sehat, tentu mempunyai persiapan menuju karier yang lebih bagus. Mematuhi disiplin dasar, mengasah profesionalisme, menanamkan dedikasi, tetapi itu saja tidak cukup, kalau tanpa dibarengi dengan loyalitas yang tinggi. Demikian pula dengan disiplin ilmu yang dimiliki juga dapat menunjang seorang karyawan mendapat kedudukan yang lebih baik. Sehingga pada saatnya nanti , dengan hasil sepintas penialaian tersebut seseorang kelak bila menjadi pemimpin tentulah pemimpin yang profesional, berdedikasi tinggi dan mempunyai loyalitas yang ektrem.
“Fitamin” lainnya yang juga harus diperhatikan adalah faktor proximity antara karyawan dengan pimpinannya. Bagaimana seorang atasan mau memilih seseorang menduduki jabatan tertentu tanpa menjalin hubungan yang baik dengan atasannya? Jadi janganlah berharap kalau kita menginginkan karier yang baik tetapi tidak menjalankan hal2 (minimal) persyaratan diatas. Hasil kinerja yang ektrem dari seorang karyawan memang pantas mendapatkan karier yang ektrem, ini merupakan hukum alam.
Harapannya adalah mudah-mudahan sistim karier seorang karyawan tidak dinilai seperti kompetensi idola cilik maupun KDI, yang lebih mengandalkan jumlah pengiriman SMS danri para pendukungnya. Diperparah, apabila yang terpilih justru mempunyai kompetensi yang pas-pasan.
Para pendukung itu dapat dipastikan sebagian besar adalah orang-orang terdekat yang mempunyai proximity (kedekatan) dengan calon bintang yang didukungnya. Meski juga tidak mustahil dari kalangan luar yang mempunyai daya tarik untuk mendukung. Proximity, antara calon bintang dengan para pendukung inilah mempunyai peran peting untuk meloloskan seorang calon bintang menjadi bintang beneran. Kedekatan hubungan itu disebabkan oleh karena beberapa faktor, pendukung adalah satu kota dengan calon bintangnya, pendukung mungkin telah memberikan jani-janji tertentu dengan para pendukungnya.
Untuk mendapatkan perolehan SMS yang tertinggi calon bintang tidak hanya harus menampilkan perfomansinya tetapi juga menebar senyum, merayu dan berpesan macam2.Hal yang menarik adalah ketika calon bintang yang didukung melalui SMS itu gagal mendapat juara, maka bisa membuat isak tangis para pendukungnya. Karena expectation yang berlebihan dari para pendukungnya yang telah mengeluarkan biaya untuk mengirim SMS, membuat para pendukung kecewa dan bersedih.
Setiap mengawali apa yang kita kerjakan di kantor, adalah merupakan awal dari apa yang kita harapkan untuk hari-hari mendatang. Sebagai karyawan yang sehat, tentu mempunyai persiapan menuju karier yang lebih bagus. Mematuhi disiplin dasar, mengasah profesionalisme, menanamkan dedikasi, tetapi itu saja tidak cukup, kalau tanpa dibarengi dengan loyalitas yang tinggi. Demikian pula dengan disiplin ilmu yang dimiliki juga dapat menunjang seorang karyawan mendapat kedudukan yang lebih baik. Sehingga pada saatnya nanti , dengan hasil sepintas penialaian tersebut seseorang kelak bila menjadi pemimpin tentulah pemimpin yang profesional, berdedikasi tinggi dan mempunyai loyalitas yang ektrem.
“Fitamin” lainnya yang juga harus diperhatikan adalah faktor proximity antara karyawan dengan pimpinannya. Bagaimana seorang atasan mau memilih seseorang menduduki jabatan tertentu tanpa menjalin hubungan yang baik dengan atasannya? Jadi janganlah berharap kalau kita menginginkan karier yang baik tetapi tidak menjalankan hal2 (minimal) persyaratan diatas. Hasil kinerja yang ektrem dari seorang karyawan memang pantas mendapatkan karier yang ektrem, ini merupakan hukum alam.
Harapannya adalah mudah-mudahan sistim karier seorang karyawan tidak dinilai seperti kompetensi idola cilik maupun KDI, yang lebih mengandalkan jumlah pengiriman SMS danri para pendukungnya. Diperparah, apabila yang terpilih justru mempunyai kompetensi yang pas-pasan.